Mengenai Saya

Foto saya
Easy Going,, Hardworker,, Loving Challenges,, Laughing everytime,,

Jumat, 22 Januari 2010

TUBUH YANG MENDUA

Saat ini tubuh telah memantapkan posisinya sebagai titik pusat diri. Ia adalah medium yang paling tepat untuk mempromosikan dan memvisualkan diri sendiri. Tubuh adalah bagian yang melekat pada diri kita, sekaligus penyedia ruang-ruang tak terbatas untuk memamerkan segala jenis bentuk identitas diri.
Tubuh juga bisa dikatakan sebagai suatu proyek besar bagi seseorang. Ia terus menerus dibongkar-bongkar, ditata ulang, dikonstruksi dan direkonstruksi, dieksplorasi secara besar-besaran: didandani, disakiti, dibuat menderita atau didisiplinkan, untuk mencapai efek gaya tertentu dan menciptakan cita rasa individualitas tertentu.
* * *
Merokok merupakan satu jenis pilihan aktivitas yang populer dilakukan untuk memanfaatkan waktu senggang. Alasan-alasan yang menyebabkan seseorang melakukan pilihan merokok dan membuat merokok menjadi sesuatu yang menggairahkan bisa bermacam-macam dan bersifat pribadi. Alasan-alasan untuk merokok yang dikemukakan perempuan misalnya, sangat mungkin berbeda dari mereka yang laki-laki. Laki-laki membayangkan bahwa dengan merokok maka mereka bisa dianggap sudah dewasa, tidak lagi anak kecil, dan bisa memasuki kelompok teman sebaya sekaligus kelompok yang mempunyai ciri gaya tertentu, yaitu merokok. Lain halnya dengan perempuan. Merokok dianggap bukan sesuatu yang lumrah dan lazim dilakukan oleh perempuan, karenanya perempuan yang merokok dianggap sebagai ciri khas yang akan membedakan mereka dari perempuan-perempuan lain yang tidak merokok.
Pada beberapa kelompok masyarakat, perempuan perokok bahkan kerap dihubungkan dengan stereotip buruk dan mendiskreditkan—bukan perempuan baik-baik, urakan dsb. Keberanian untuk merokok ini akhirnya menjadi sesuatu yang membanggakan dan memuaskan, baik bagi laki-laki maupun perempuan, karena para orang tua biasanya melarang anak-anaknya untuk merokok dan memarahi mereka jika ketahuan merokok. Hal-hal di atas jugalah yang membuat pengalaman pertama merokok selalu mengandung kesan-kesan heroisme tertentu.
Stephen Wearing dan Betsy Wearing (Jurnal Leisure Studies 19 [1], 2000) melihat merokok sebagai sebuah asesori fesyen pada budaya 1990-an dan dipakai sebagai sumber identitas serta penghargaan diri seseorang, meskipun efek jangka panjangnya berbahaya karena bisa menyebabkan berbagai gangguan dan penyakit. Mereka menghubungkan merokok dengan konsumsi yang menyolok (conspicuous consumption), fesyen, dan identitas mengingat di masa pascamodern ini, representasi dan gambaran identitas berdasar pada simbol-simbol yang kita pakai, barang-barang yang kita kenakan, dan aktivitas-aktivitas yang kita lakukan, terutama aktivitas-aktivitas yang sedang populer pada suatu masa tertentu.
Thorsthein Veblen mengajukan istilah conspicuous consumption (konsumsi yang menyolok) untuk menunjuk barang-barang yang kita beli dan kita pertontonkan kepada orang lain untuk menegaskan gengsi dan status kita serta untuk menunjang gaya hidup di waktu senggang. Barang-barang yang dibeli atau dikonsumsi biasanya berupa sesuatu yang tidak berguna, yang kadang malah mengurangi gerak dan kenyamanan di tubuh seseorang. Veblen juga mengajukan istilah pecuniary emulation (penyamaan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan uang) dimana golongan yang tidak masuk pada leisure class (lihat KUNCI edisi 4) berusaha menyamai perolehan atau pemakaian benda-benda tertentu dengan harapan bahwa mereka akan mencapai keadaan identitas manusia yang secara intrinsik lebih kaya dari orang-orang lain.
Chris Rojek (Jurnal Society and Leisure 20 [2], 1998) menggunakan teori Veblen ini untuk menganalisa kegiatan merokok. Rojek mengamati penampilan para bintang film, artis-artis populer, model, atlet-atlet olahraga, tidak ketinggalan para bintang iklan rokok, sebagai figur-figur yang berpengaruh ikut memberikan sumbangan stimulus untuk melakukan pekerjaan merokok. Bintang-bintang iklan rokok biasanya ditampilkan dengan karakter yang smooth, sedang berada dalam situasi santai, bermain kartu bersama teman-teman, minum kopi, atau berada dalam suatu pesta yang ramai. Produser film Titanic, Rae Sanchini, misalnya mengatakan bahwa Leonardo DiCaprio digambarkan sebagai seseorang yang senang merokok untuk mewakili karakter jiwa bebas seorang seniman. Sedangkan Kate Winslet dalam film itu ditampilkan melakukan kegiatan merokok sebagai perwujudan aksi pemberontakannya. Dan stimulus untuk merokok sebagian terbentuk dari hasrat untuk menyamakan tipikal karakter dan pernyataan-pernyataan simbolik berupa gambaran atraktif, kesuksesan, kegagahan, popularitas, serta gaya hidup, yang muncul dari tokoh-tokoh pemimpin berupa para bintang iklan, artis-artis, atau kaum selebritis yang disenangi.
Sementara itu, Simmel (1978) mengatakan bahwa ada hubungan yang erat antara waktu senggang, fesyen, dan identitas. Untuk mengejar fesyen dan gaya serta imej-imej yang mempesona, Simmel menangkap ketegangan antara pembedaan dan peniruan yang merupakan kebutuhan untuk masuk dalam satu grup sosial tertentu, sekaligus mengekspresikan individualitas seseorang. Dengan demikian merokok dapat dianggap sebagai asesori fesyen yang penuh daya pikat dan terkomodifikasi, dimana seseorang dapat merasakan penegasan ciri individualitas sekaligus dukungan penuh dari suatu grup sosial. Merokok adalah sebuah fesyen sekaligus sesuatu yang fashionable. Menurut Simmel, menjadi fashionable artinya menjadi seorang yang melebih-lebihkan dirinya dan dengan demikian membuat identitasnya tampak begitu menonjol.
* * *
Dari uraian di atas, kita bisa menarik sebuah sikap yang mendua terhadap tubuh. Resiko-resiko merokok yang berbahaya bagi kesehatan tubuh tidak pernah menjadi dasar pertimbangan utama untuk merokok. Contoh sikap-sikap yang mendua terhadap tubuh ini juga tampak dalam aktivitas-aktivitas dekorasi tubuh seperti tatto, tindik di puting susu (nipple piercing), atau tindik di bagian-bagian tubuh lain, seperti telinga atau hidung (safety pins). Semua aktivitas dekorasi tubuh atau penciptaan efek gaya tertentu pada tubuh itu dilakukan dengan melukai atau menyakiti bagian-bagian tubuh. Di Indonesia, baik nipple piercing maupun safety pins ini umumnya disebut dengan tindik saja.
Safety pins merupakan simbol dari kaum punk. Ia adalah kombinasi dari etos do-it-yourself dan sikap-sikap yang ekstrem. Anting-anting dikenakan di telinga, lubang hidung, bibir, atau bisa juga berupa peniti-peniti yang dipakai untuk menyambung celana atau pakaian yang sobek-sobek. Untuk lagu single grup musik The Sex Pistol, God Save the Queen, desainer grafis grup ini, Jamie Reid, membuat karya kolase fotografi Ratu Elizabeth II yang sedang tersenyum dan mengenakan tindik di lubang hidungnya. Gambar itu kemudian direproduksi di kaos-kaos dan kartu pos-kartu pos, dan membuat safety pins menjadi gaya yang terkenal dimana-mana. Hampir mirip dengan safety pins ini adalah nipple-piercing. Tindik jenis ini banyak dipraktekkan oleh komunitas kaum gay, para penganut sado masokisme, para pengikut fesyen pascapunk, dan para pemuja new age. Film underground tahun 1980-an berjudul Robert Having his Nipple Pierced ikut membantu publisitas praktek nipple-piercing ini. Pemasangan cincin, anting-anting, atau semacam peniti di puting susu yang diikuti dengan pemasangan di organ-organ seks primer dan sekunder ini dipercaya bisa meningkatkan sensitivitas yang menyenangkan di area-area tersebut. Tetapi di beberapa kasus, tindik juga dilakukan untuk memuaskan keberanian dan mencapai kadar eksotisisme tertentu.
Tatto atau rajah adalah gambar atau simbol pada kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya gambar dan simbol itu dihias dengan pigmen berwarna-warni. Dulu, orang-orang masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tatto. Orang-orang Eskimo misalnya, memakai jarum dari tulang binatang. Sekarang, orang-orang sudah memakai jarum dari besi, yang kadang-kadang digerakkan dengan mesin untuk mengukir sebuah tatto. Kuil-kuil Shaolin malah memakai gentong tembaga yang panas untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu kemudian menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu.
Di Indonesia sendiri pernah ada suatu masa ketika tatto dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tatto dianggap identik dengan penjahat, gali, dan orang nakal. Pokoknya golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau ketentraman masyarakat. Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat pengesahan ketika pada tahun 1980-an terjadi pembunuhan terhadap ribuan orang gali dan penjahat kambuhan di berbagai kota di Indonesia. Pembunuhan ini biasa disebut dengan Petrus, neologisme dari kata penembak dan misterius. Tanggapan negatif masyarakat tentang tatto dan larangan memakai rajah atau tatto bagi penganut agama tertentu semakin menyempurnakan imej tatto sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan tidak boleh. Maka memakai tatto dianggap sama dengan memberontak. Tetapi justru term pemberontakan yang melekat pada aktivitas dekorasi tubuh inilah yang membuat gaya pemberontak ini populer dan dicari-cari oleh anak muda. Hal ini juga terjadi dalam persoalan merokok. Sesuatu yang dianggap berbeda, lain, dan serba kontras dari sesuatu yang biasa-biasa saja, selalu punya kecenderungan besar untuk dilakukan banyak orang. Di situ terdapat ambivalensi antara pemberontakan dan gaya. Sesuatu yang dianggap berbahaya dan menyakitkan akan sekaligus dianggap sebagai gaya dan ciri fesyen tertentu justru karena sifat-sifatnya yang khas tersebut. Dan justru di sinilah pengotentikan identitas seseorang itu berasal. Setiap orang punya kebutuhan untuk mengambil jarak dan mengkonsumsi dirinya sendiri justru dari sisi-sisi yang dianggap berseberangan dari orang lain, dan dengan demikian berusaha membuat seragam diri yang otentik. Diatas semuanya, segala sikap mendua terhadap tubuh tidak hanya rute untuk menuju status tertentu dimata orang lain, tetapi juga pernyataan rasa subjektivitas seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar